DEMOKRASI YANG
GAGAL
pilkada langsung yang telah dilaksanakan sejak reformasi bergulir
ternyata semakin lama semakin tidak mendapat respon yang baik dari masyarakat
khususnya warga yang terdapat dalam daftar pemilih. Seperti dua hasil pemilu
pilgub tahun ini yaitu pilgub Jabar dan
Sumut, kedua pilgub tersebut memiliki tingkat apresiasi dan partisipasi dari
masyarakat yang kurang memuaskan yaitu dibawah 65%. Hal ini memunculkan sebuah pertanyaan mengapa hal ini bias terjadi? Padahal
pemilihan secara langsung merupakan
puncaknya demokrasi yang berarti satu orang satu suara.
Ternyata setelah didalami bahwa
system demokrasi yang diterapkan saat ini tidak cocok diterapkan di Indonesia
terutama umat islam. Bahkan di dalam dasar Negara Indonesia sendiri tidak
pernah disebutkan tentang demokrasi, hal ini membuktikan bahwa founding father (pendiri)
bangsa ini sudah memprediksi bahwa demokrasi tidak cocok dengan kultur bangsa
Indonesia yang lebih mengutamakan musyawarah.
Berikut kelemahan-kelemahan
demokrasi :
1. Demokrasi = one man one vote, satu orang satu suara, berarati
sistim demokrasi menyamakan suara professor dengan gelandangan, menyamakan
suara ulama dengan pelacur, menyamakan tokoh masyarakat dengan pemabuk, hal
inilah yang akan menimbulkan kekacauan karena orang pintar akan memilih
berdasarkan akalnya dan orang yang bodoh akan memilih berdasarjkan pertimbangan
perutnya.
2. Demokrasi dengan pemilihan langsung menimbulkan biaya yang
banyak dan orang yang terpilih nantinya adalah orang yang terkenal bukan orang
yang ahli dalam kepemimpinan, karena tiap orang akan memilih orang yang dia
kenal atau yang banyak dia lihat, meskipun orang tersebut tidak ahli dalam
pemerintahan. Sehingga timbulah politik pencitraan (menampilkan sosok yang
keliatan baik meskipun aslinya buruk dan politik iklan (tidak segan-segan
membohongi public supaya dagangannya laku). Implikasi dari politik pencitraan
dan politik iklan adalah biaya yang besar
3. Demokrasi dengan
pemilihan langsung ternyata membuat masyarakat muak, sehingga minim partisipasi,
Bahkan sebagian masyarakat enggan meninggalkan pekerjaannya ketika pemilihan
berlangsung, dengan alas an lebih baik mencari uang daripada memilih pemimpin
yang tidak pernah terasa perubahaannya. Bahkan sebagian mengatakan siap memilih
asal deberi uang, karena dia telah meninggalkan pekerjaanya demi ikut pemilu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar