Sabtu, 21 Maret 2015

DEMOKRASI GAGAL



DEMOKRASI YANG GAGAL
pilkada langsung yang  telah dilaksanakan sejak reformasi bergulir ternyata semakin lama semakin tidak mendapat respon yang baik dari masyarakat khususnya warga yang terdapat dalam daftar pemilih. Seperti dua hasil pemilu pilgub  tahun ini yaitu pilgub Jabar dan Sumut, kedua pilgub tersebut memiliki tingkat apresiasi dan partisipasi dari masyarakat yang kurang memuaskan yaitu dibawah 65%.  Hal ini memunculkan  sebuah pertanyaan  mengapa hal ini bias terjadi? Padahal pemilihan  secara langsung merupakan puncaknya demokrasi yang berarti satu orang satu suara.
Ternyata setelah didalami bahwa system demokrasi yang diterapkan saat ini tidak cocok diterapkan di Indonesia terutama umat islam. Bahkan di dalam dasar Negara Indonesia sendiri tidak pernah disebutkan tentang demokrasi, hal ini membuktikan bahwa founding father (pendiri) bangsa ini sudah memprediksi bahwa demokrasi tidak cocok dengan kultur bangsa Indonesia yang lebih mengutamakan musyawarah.
Berikut kelemahan-kelemahan demokrasi :
1.       Demokrasi = one man one vote, satu orang satu suara, berarati sistim demokrasi menyamakan suara professor dengan gelandangan, menyamakan suara ulama dengan pelacur, menyamakan tokoh masyarakat dengan pemabuk, hal inilah yang akan menimbulkan kekacauan karena orang pintar akan memilih berdasarkan akalnya dan orang yang bodoh akan memilih berdasarjkan pertimbangan perutnya.
2.       Demokrasi dengan pemilihan langsung menimbulkan biaya yang banyak dan orang yang terpilih nantinya adalah orang yang terkenal bukan orang yang ahli dalam kepemimpinan, karena tiap orang akan memilih orang yang dia kenal atau yang banyak dia lihat, meskipun orang tersebut tidak ahli dalam pemerintahan. Sehingga timbulah politik pencitraan (menampilkan sosok yang keliatan baik meskipun aslinya buruk dan politik iklan (tidak segan-segan membohongi public supaya dagangannya laku). Implikasi dari politik pencitraan dan politik iklan adalah biaya yang besar
3.        Demokrasi dengan pemilihan langsung ternyata membuat masyarakat muak, sehingga minim partisipasi, Bahkan sebagian masyarakat enggan meninggalkan pekerjaannya ketika pemilihan berlangsung, dengan alas an lebih baik mencari uang daripada memilih pemimpin yang tidak pernah terasa perubahaannya. Bahkan sebagian mengatakan siap memilih asal deberi uang, karena dia telah meninggalkan pekerjaanya demi ikut pemilu.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar